NASIONAL

LSM LIRA Gelar Rapimnas Sekaligus Peluncuran Logo Baru

*Koran Kabinet*

Bulan Ramadan siang itu amat terik, ketika saya mendatangi Gedung Gajah di Jl. Saharjo, Jakarta Selatan. Saya masuk ke kantor Lira disambut seorang resepsionis yang lumayan jelita. Wanita ini mempersilakan saya menunggu, setelah saya menyampaikan maksud bertemu Jusuf Rizal. Saya tidak menduga akan memasuki kantor yang penuh lika-liku birokrasi seperti layaknya kantor perusahaan. Tadinya saya membayangkan memasuki kantor lembaga swadaya masyarakat yang semrawut dan zonder birokrasi.

Setengah jam menunggu, saya akhirnya dipersilakan masuk. Wanita bermata sipit, kulit putih, menyambutku dengan ramah, bahkan sangat ramah. “Silakan Pak. Sudah tahu ruangan Pak Jusuf?” tanyanya sembari mengapungkan senyumnya. Saya menggeleng. Dia lalu membimbingku menuju lantai 3. Gadis itu mengetuk pintu dan disambut suara mempersilakan masuk dari dalam.

Setelah membuka pintu dan mempersilakan saya masuk, perempuan itu balik kanan kembali ke lantai bawah. Belakangan saya tahu nama perempuan itu adalah Mauri. Dia salah seorang kepercayaan Jusuf Rizal dalam urusan rumah tangga kantor. Lebih dari itu, Mauri juga menangani urusan penting sampai yang super penting. Dari urusan sekretariat sampai urusan keuangan.

Jusuf tampak duduk di kursi direktur. Dia asyik dengan komputernya. Beberapa saat kemudian dia mempersilakan saya duduk. Setelah berbasa basi ala kadarnya, saya langsung menyampaikan maksud kedatangan saya. Dia membolak-balikkan Koran Proaksi yang saya berikan. Ruangan sepi. Kami membisu. “Kita coba ya,” ujar Jusuf memecah keheningan. Tentu saja, saya menerjemahkan bahwa Jusuf sendiri tak dapat menyanggupi menjadi investor koran tersebut. Namun dia akan membantu mencarikan investor seperti yang saya kehendaki. Tak apalah, pikirku. Dia kan jaringannya luas sampai ke Istana. Itulah yang sedikit menghiburku.

Pertemuan ini hanya beberapa menit saja. Terasa kikuk. Ini boleh jadi karena saya menempatkan Jusuf sebagai bos dan saya orang yang sedang meminta tolong. Jusuf sendiri tampaknya merasa nyaman dengan suasana itu. Nyatanya, sebagai tuan rumah, dia tak tertarik untuk membangun suasana menjadi cair. Padahal, bisa saja, dia misalnya mengungkit masa lampau dengan cerita yang lucu-lucu. Hanya saja, oleh-oleh dari pertemuan ini lumayan produktif bagi saya pribadi. Soalnya, Jusuf sudah punya rencana sendiri, yakni meminta saya bergabung di Koran Kabinet. Jusuf tampaknya sudah berhitung, saya tidak akan menolak tawaran itu, soalnya kala itu saya sedang “menganggur”.

Begitulah. Beberapa hari kemudian, saya benar-benar bergabung dengan Koran Kabinet dan Lira. Koran Kabinet, terbit tidak tertib: kadang mingguan, dwi mingguan, bahkan lebih sering bulanan. Tim redaksi Kabinet merupakan wartawan senior. Ada eks wartawan Jayakarta seperti A.A.Z. Lestaluhu dan Jaumat Zulhajjah.

Laman: 1 2 3 4 5

Popular

To Top