Bogor,Jawa Barat||mediasuaranegeri.com –Miris itu lah yang dirasakan para tetangga Ida Royani (40), warga Cibadak, Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat. Betapa tidak, Ida Royani yang merupakan korban bencana alam sekitar bulan Januari 2019 lalu sudah 2 bulan urung mendapat bantuan dana tidak terduga (BTT) dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor.
Tak ayal, janda beranak 3 itu pun hanya bisa pasrah dan menunggu, padahal separuh tembok rumahnya jebol diterjang angin dan hujan, bahkan atap rumah dan genteng pun nyaris runtuh. Beruntung warga sigap dan memberi penyanggah dari bambu.
“Kami menunggu sudah lama, belum ada tindakan dari pemerintah. Padahal, sudah berkali-kali sudah dilihat Pak Lurah sudah datang, Pak RT juga, namun belum terealisasikan,” ucap Ida sapaannya.
Ida warga RT 002/RW 009 nomor 20 di kelurahan itu mengaku sepanjang 2 bulan ini dia dan anak-anaknya sangat khawatir apa bila hujan dan angin kencang kembali meruntuhkan rumahnya tersebut.
“Kalau hujan dan angin datang kami mulai was-was pak. Anak-anak belajar pun susah, tidur tidak nyaman. Banyak nyamuk. Apalagi, kalau hujan datang kami takut akan runtuh,” kata janda yang telah lama ditinggal suaminya almarhum Budianto itu.
Kini ibu dari Prayuda, Zikri, dan Ahmad Qodri itu pun masih menunggu dan berharap ada perhatian pemerintah.
Sementara, Ketua RT 002, Agus Irawan menambahkan kejadian bencana yang dialami warganya ada 2 rumah, selain rumah Ibu Ida Royani juga dialami rumah ibu Junayah alias Junun. Saat ini bantuan dana bencana tidak terduga tak kunjung tiba.
“Kami masih menunggu, sebab sudah ada tanda tangan, dan sudah di foto-foto, namun dana belum turun juga sampai sekarang. Saya juga sudah dorong terus,” ucap Ketua RT Agus.
Agus menambahkan Ibu Junun yang juga janda mengalami rumah yang lebih parah. Rumahnya sudah nyaris longsor, lantaran dekat kali.
“Rumah ibu Junan lebih parah lagi pak, kondisinya di pinggir kali, sudah mau longsor. Kelanjutan dari survey pemerintah seperti apa, belum tau. Kami berdoa agar pencairan dana bantuan itu tidak lambat,” ujar Agus.
Terpisah pemerhati Sosial, Bivi Edward P menambahkan ini menjadi perhatian serius oleh Pemkot setempat, jangan sampai ada korban baru bertindak.
“Seharusnya ketika pemangku kepentingan sudah melihat kondisi rumah tersebut, segera kucurkan dana cadangan penanggulangan bencana,” ucap Edward kerap disapa Edho dalam keterangannya, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/2/2019).
Sepengetahuan Edho sudah ada Perda tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Apabila sudah berjalan, kata dia, segeralah disalurkan, karena ini bagian tanggap darurat. BTT sendiri dibawah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor.
“Nah kalau belum ada dana BTT dari BPBD kan ada leading sector organisasi perangkat daerah (OPD), dalam hal ini, Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperumkim) serta Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), mungkin ada dana cadangan tanggap darurat,” ujar Edho yang berdomisili di Tanah Sareal ini.
Edho yang merupakan calon legislatif Kota Bogor Dapil Tanah Sareal dari Partai Gerindra itu menjelaskan, pemerintah harus lebih aktif menyikapi ini, seperti menyikapi kejadian bencana puting beliung pada Kamis 6 Desember 2018 silam di kota Bogor.
“Disitu Pemkot Bogor cepat menurunkan dana miliaran rupiah. Lalu, bagaimana warga Cibadak koq belum turun, padahal sama-sama kena bencana alam,” ucap Edho yang melihat langsung rumah Ida tersebut.
Dia mengaku miris akan kondisi anak-anak ibu Ida yang masih pelajar, mengingat anak yatim.
“Bagaimana mereka belajar dengan kondisi rumah tersebut, ini ironis, nyaris 2 bulan keluarga itu hidup di sebuah rumah dengan kondisi seperti itu. Ayo Pak Walkot Bima, cepatlah ambil tindakan,” tandas dia.
Seperti diketahui penanganan pemulihan pasca bencana angin puting beliung yang menerjang Kota Bogor, anggaran sekitar Rp 7.5 miliar lebih. Dana tersebut bersumber dari APBD Kota Bogor Rp 1.4 miliar, bantuan Provinsi Jawa Barat Rp 5 miliar dan donasi warga di Dinas Sosial Rp1.1 miliar.(Edw/Asw)