NASIONAL

Sinergi Pemangku Kepentingan, Kunci Pencegahan Karhutla

SUARANEGERI || JAKARTA – Fenomena kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selalu menjadi concern utama bagi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), GAPKI bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk terus berupaya mencegah dan menanggulangi kemungkinan terjadinya karhutla. Hal ini diungkapkan Ketua Umum GAPKI, Joko Supriyono pada Selasa, 16 Juni 2020 pada acara Ngobrol Bareng GAPKI.

Sependapat dengan Joko Supriyono, Sekretaris Jenderal KLHK Bambang Hendroyono mengungkapkan bahwa pencegahan, penanggulangan serta pemulihan karhutla merupakan strategi dasar bagi pemerintah dan juga pelaku bisnis dalam menghadapi musim kemarau.

“Selain tiga konsep tersebut, saya juga sangat mendukung pengelolaan komoditas sawit dimana investasi, produktivitas serta daya saing harus terus ditingkatkan untuk kepentingan devisa negara, sehingga komoditas ini tetap memiliki nilai dan berdaya saing tinggi,” tutur Bambang Hendroyono.

“Saat ini perkebunan sudah jarang terbakar,” tegas Bambang Hendroyono. Namun, Ia juga terus mendorong pelaku bisnis untuk saling bekerja sama untuk mencegah terjadinya karhutla melalui edukasi kepada masyarakat serta pengelolaan lahan yang terlantar, terkhusus bagi anggota-anggota GAPKI.

Namun, Praktisi Hukum Dr. Sadono menegaskan bahwa merangkul keanggotaan GAPKI tidak cukup untuk melakukan pencegahan secara menyeluruh mengingat bahwa jumlah anggota perusahaan GAPKI tidak mencapai 50% dari jumlah pengusaha sawit yang berada di Indonesia.

Bambang Hendroyono menekankan bahwa sesuai arahan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, bahwa pencegahan menjadi prioritas utama saat ini. Ia juga menyoroti lahan-lahan gambut yang masih menjadi zona rawan ketika memasuki musim kemarau.

KLHK bersama Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) pada bulan juli mendatang di beberapa provinsi yang menjadi fokus penanggulangan Karhutla yaitu Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan beberapa provinsi lainnya.

TMC dilakukan untuk merupakan strategi yang dilakukan guna mengisi embung dan kanal yang telah dibuat sebelumnya agar tinggi permukaan air di lahan gambut tetap stabil selama berlangsung musim kemarau.

Bambang Hendroyono meminta dukungan GAPKI untuk terus berpartisipasi dan turut menjadi bagian tidak hanya melalui edukasi bagi masyarakat, namun juga pencegahan awal yang menjadi bagian dari strategi pemerintah pusat maupun daerah.

Kepedulian GAPKI akan karhutla bukan hanya sekedar tuntutan pemerintah, melainkan prioritisasi pengelolaan bisnis yang berkelanjutan. Terjadinya bencana karhutla hanya akan mengganggu pola bisnis jangka panjang, tidak hanya merusak image industri, sanksi hukum yang diterima walau tidak secara langsung terlibat dalam bencana karhutla tidaklah main-main.

Dengan terencana, GAPKI telah menyusun agenda sebagai upaya pencegahan dan pengendalian karhutla di perkebunan kelapa sawit melalui empat strategi utama diantaranya pencegahan, pemantauan, penanggulangan serta pemulihan. Dengan membentuk Gugus Tugas di setiap daerah, GAPKI melakukan berbagai pelatihan dan penyediaan fasilitas sebagai upaya persiapan menghadapi musim kemarau.

Joko Supriyono menuturkan “kita tidak cukup hanya dengan melindungi konsesi perusahaan, kita harus mulai melihat sekitar kita dan mulai mengalokasikan sumber daya yang dimiliki untuk memperbaiki lingkungan.”

Tindakan defensif yang hanya menyangkal tuduhan tidaklah cukup untuk mencegah terjadinya bencana. Joko Supriyono menegaskan diperlukan effort yang lebih besar bagi pelaku usaha untuk bersinergi dan membantu melakukan pencegahan karhutla baik di dalam maupun di sekitar konsesi perusahaan.[*]

Most Popular

To Top