Acara syukuran juga diisi denga fashion show kebaya yang sesuai dengan tema kali ini yaitu kebaya vintage. Para model berasal dari para anggota dan komunitas lainnya termasuk komunitas Nguri Uri Budaya, Chattra Kebaya dan komunitas Cinta Kebaya dan Budaya.
Acara syukuran juga disertai dengan _mini-talk show_ mengenai Etika dan Estetika Berkebaya dengan pembicaraan Ibu Mumu Wahyu.
Acara yang berlangsung santai, diiringi musik keroncong dari kelompok musik keroncong Warung Solo.
Terpilih pula enam pemenang untuk kategori Perempuan Berkebaya Vintage.
*Latar Belakang*
Komunitas Perempuan Berkebaya (PB) digagas oleh Kristin Samah, Rahmi Hidayati, Tuti Marlina dan Lia Nathalia pada tanggal 4 Desember 2014 di Jakarta. Nama Perempuan Berkebaya dipilih setelah para penggagas berembuk untuk menentukan nama komunitas. Pada awalnya muncul usulan Perempuan Berkebaya oleh Kristin Samah, Gaya-gaya Kebaya oleh Rahmi Hidayati, Kebaya Indonesia oleh Tuti Marlina dan Kebaya Nusantara oleh Lia Nathalia. Setelah keempat penggagas berembuk, maka disepakatilah nama Perempuan Berkebaya dengan pertimbangan lebih _ear-catching_ dan belum ada komunitas manapun yang menggunakan nama Perempuan Berkebaya sebelumnya
Anggota PB adalah siapa saja yang peduli dengan kebaya sebagai busana nasional identitas bangsa dan mau bergerak bersama-sama untuk melestarikannya. Pada perkembangannya, anggota komunitas PB tidak hanya di Jakarta, tapi juga telah menular ke daerah-daerah lain, seperti PB Bogor, PB Ambarawa, PB Yogyakarta dan PB Bali.
Tahun ini adalah ulang tahun ke-5 Perempuan Berkebaya. Dengan menggelar acara syukuran di Museum Kebangkitan Nasional – Jakarta Pusat, PB berharap semoga gerakan sosial ini menjadi pengingat bagi para perempuan Indonesia agar kembali berbusana kebaya sebagai busana nasional identitas bangsa sebagaimana ibu atau nenek kita dahulu.
Jakarta, 7 Desember 2019
(iwo news/**)
Laman: 1 2